Perkenankan saya untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu, saya Eko sekarang usia 38 tahun. Saya ingin menceritakan pengalaman pertama dengan wanita yang usianya lebih tua. Hal ini menarik untuk diungkapkan karena saya menganggap bahwa peristiwa tersebut yang membuat saya sangat menyukai bercumbu dengan wanita yang usianya lebih tua walaupun dengan wanita yang usianya lebih muda juga saya dapat menikmatinya.
Mbak Ami, seorang wanita yang pada saat itu usianya sekitar 19 tahun, yang memperkenalkan saya bagaimana mengenal organ wanita berikut dengan cara pengolahannya sehingga mendapatkan kepuasan.
Pengalaman ini dimulai ketika Mbak Ami menginap untuk beberapa hari di rumah saya karena dia akan mengikuti ujian masuk pada sebuah Akademi Perawat di kota Yogya. Mbak Ami berasal dari kota Cilacap dan teman dari sepupu saya. Karena tidak ada saudara di Yogya maka oleh sepupu saya diminta untuk menginap di rumah.
Pada hari-hari pertama keberadaan Mbak Ami di rumah, saya merasa canggung untuk berinteraksi dengannya. Hanya sekali-sekali saya berbicara dengan Mbak Ami. Setelah beberapa hari, baru saya merasa mulai ada kedekatan karena saya sering ngobrol dengan Mbak Ami. Hubungan saya dengan Mbak Ami menjadi semakin dekat dimana diawali pada saat saya disuruh oleh orang tua untuk membeli makan malam dan saya mulai berani untuk mengajak Mbak Ami pergi bersama karena saya menganggap dia lebih tahu menu makanan untuk makan malam. Dengan menggunakan vespa butut, kami berboncengan dan sepanjang perjalanan kami bercerita berbagai hal. Selama perjalanan beberapa kali saya merasakan buah dada Mbak Ami menyentuh punggung saya dan saya yang pada saat itu masih berusia 16 tahun benar-benar menikmati sentuhan yang tidak sengaja itu.
Sampai pada suatu saat, kedua orang tua saya harus pergi keluar kota untuk beberapa hari dan meminta saya untuk menjaga rumah. Mbak Ami sendiri diminta oleh orang tua saya untuk menemani dan dikarenakan masih menunggu hasil test saringan masuk Akademi Perawat maka Mbak Ami menyetujui untuk menemani saya. Sehingga hanya berdua saja di rumah yaitu Mbak Ami dan saya.
Oh, iya saya belum mendeskripsikan sosok tubuh dari Mbak Ami.
Mbak Ami memiliki postur tubuh yang baik dimana tinggi 160 cm dengan berat badan kira-kira 50 kg. Rambut hitam lebat sebahu dengan hidung yang bangir serta matanya yang bagus (apalagi kalau sedang melirik.., seksi sekali). Mbak Ami selalu menggunakan celana jeans dengan ukuran 28 dan memakai Bra ukuran 34 C (itupun saya tahu setelah tanya dengan Mbak Ami).
Setelah makan malam, seperti biasa saya menonton acara televisi sedangkan Mbak Ami baru bergabung setelah selesai membereskan meja makan.
"Ko.. Acaranya bagus nggak?" tanya Mbak Ami.
"Lagi acara lagu-lagu" balas saya.
"Mau ikutan nonton ini atau mau cari acara yang lain?" saya bertanya balik kepada Mbak Ami.
"Sudah.. Biar ini aja" sahut Mbak Ami sambil duduk disamping saya.
Karena agak membungkukkan badannya, saya sempat mencuri pandang ke arah dada Mbak Ami yang pada saat itu memakai daster dengan belahan dada agak rendah. Kemudian kami menonton bersama sambil duduk berdampingan dan saya sekali-sekali mencoba untuk melihat ke bagian dada, siapa tahu saya bisa melihat lebih jelas isi bagian atasdari balik daster Mbak Ami.
Sambil menonton TV, kamipun bercerita dan dengan perasaan ragu, saya coba untuk menggenggam tangan Mbak Ami dan ternyata tidak ada penolakan bahkan Mbak Ami kemudian menyandarkan kepalanya ke bahu saya. Terus terang pada saat itu, saya merasa kaget karena apa yang saya terima ternyata jauh dari dugaan saya.
Dengan keyakinan penuh, saya tarik kepalanya dan saya mulai cium bibirnya. Mbak Ami membalas ciuman saya dan bibir kamipun saling mengecup, untuk beberapa menit berciuman dilanjutkan dengan saling bertautnya lidah kami. Sambil berciuman dan saling menggigit, tangan sayapun mencoba untuk menyusup ke balik dasternya.., meraba dan meremas-remas buah dadanya. Kemudian ciuman saya alihkan dari bibir turun ke dadanya dan ooh.. Putingnya sudah mengeras dan terus saya isap putingnya bergantian yang kiri dan kanan. Mbak Ami pun tidak mau ketinggalan, tangannya telah meraih penis saya yang sudah mengeras.. Dan mengusapnya dari luar.
"Ko.. Buka celananya, Mbak pingin pegang penis kamu", pinta Mbak Ami.
Dengan terpaksa, saya berhenti mengisap puting Mbak Ami dan berdiri untuk melepaskan celana. Begitu terlepas, Mbak Ami langsung menggengam dan mengocok penis saya..
"Ach.. Mbak enak sekali.. Terus Mbak" sambil tangan saya mulai meremas buah dadanya kembali.
"Ach.. Oh.." Saya terus melenguh, begitupun dengan Mbak Ami..
Aksi saling menggemam dan meremas berlangsung kira-kira 20 menitan dan saya mencoba untuk membuka celana dalam Mbak Ami.
"Mbak.. Saya buka ya.. " pinta saya. Mbak Ami hanya mengangguk dan sayapun menurunkan celana dalamnya, Mbak Ami membantu dengan mengangkat pinggulnya agar celana dalamnya mudah dilepaskan. Begitu terlepas, terlihatlah vagina dengan rambutnya yang tidak terlalu lebat.
Tangan sayapun langsung mengelus bagian luar vaginanya dan Mbak Ami pun melebarkan kedua pahanya sehingga tangan saya lebih leluasa mengusap-usap bagian luarnya.
"Ko.. Kamu jilatin yach", kata Mbak Ami sambil menarik turun kepalaku ke selangkangannya.
Saya bingung, "Mbak, saya belum pernah" kata saya.
"Sudah nggak apa-apa, enak khok.., coba dech", sahut Mbak Ami sabil merubah posisi badannya sehingga kami dalam posisi 69.
Saya pun menurut dan mulai menjilati.. Asin rasanya.. Tetapi saya menikmatinya dan terus menjilat, kadang-kadang menggigit ringan bibir vaginanya. Selain menjilati dan menggigit, lidah saya juga saya masukkan ke dalam lubang vaginanya.
"Ach.. Terus Ko.., terus.." begitu Mbak Ami mendesah..
Sayapun terus melakukan aktivitas itu dan Mbak Ami semakin semangat mengocok dan meremas penis saya. Karena hal ini baru bagi saya, maka setelah beberapa menit, penis saya mulai berkedut..,
"Mbak.. sudah mau keluar nich", kata saya dan Mbak Ami semakin kencang mengocoknya dan sayapun semakin cepat menjilati vagina Mbak Ami.. Dan.. "Ach.. Oh.. Mbak, mau keluar nich", saya mengerang nikmat dan tanpa menghentikan kocokannya, Mbak Ami langsung mengulum dan menyedot penis saya dan.. Keluarlah air mani saya, Mbak Ami juga sempat menelan sedikit (katanya). Kemudian Mbak Ami mengambil celana dalamnya dalam me-lap penis saya sampai habis sisa-sisa air mani saya.
Setelah kejadian malam itu, kamipun melakukannya sekali lagi di kamar Mbak Ami karena saya tidak bisa tidur dan selalau terbayang apa yang baru diajarkan oleh Mbak Ami.
"Mbak, saya nggak bisa tidur, inget terus yang tadi tuch", kata saya kepada Mbak Ami.
"Sini Ko.. Tidur sebelah Mbak aja, kata Mbak Ami sambil menggeser badannya agar saya bisa tidur di sebelah Mbak Ami.
Sayapun tiduran disampingnya dan langsung kami berciuman lagi. Seperti sudah paham apa yang kami mau, tangan saya dan Mbak Ami langsung menuju kesasaran utama dan dalam waktu singkat kami sudah sama-sama bugil.
"Mbak, saya ingin nyoba masukkin" kata saya.
"Saya masih perawan lho", jawab Mbak Ami sambil terus meremas dan mengocok penis saya.
Karena saya sudah benar-benar terangsang, saya terus mengusap dan mencoba untuk memasukkan penis saya ke vaginannya. Setelah beberapa kali saya mencoba untuk memasukkan penis saya ke lubang vagina Mbak Ami, ternyata sulit juga.
"Ich.. Susah banget, khok meleset terus" kata saya kepada Mbak Ami.
"Khan Mbak sudah bilang, kalau aku masih perawan", kata Mbak Ami
"Selama ini paling hanya jarinya pacar Mbak aja yang masuk kesitu, dia nggak mau kalau penisnya dimasukin" kata Mbak Ami lagi.
Karena penasaran dan sayapun belum pernah melakukan hal itu, maka saya coba lagi untuk memasukkan penis saya ke lubang vagina Mbak Ami. Pada akhirnya, kepala penis saya berhasil masuk tetapi kemudian sambil meringis Mbak Ami kemudian bilang,
"Ko.. Sakit sekali".
"Kamu yakin mau masukin penisnya" kata Mbak Ami lagi..
"Ntar kalau keluar maninya di dalam gimana?" lanjut Mbak Ami melemparkan pertanyaan kepada saya.
Jadi dengan terpaksa saya hentikan sementara aktivias sedang saya lakukan dengan posisi kepala penis saya yang sudah masuk. Kemudian saya jadi berpikir lagi dan karena memang belum berpengalaman dalam hal ini hati saya jadi ciut juga. Saya berpikir jangan-jangan malah nanti Mbak Ami jadi hamil.
Akhirnya saya tarik lagi penis saya dan..
"Dijilatin aja yach.., nggak usah dimasukin.. " kata Mbak Ami lagi,
Akhirnya saya hanya menjilati sambil memasukkan jari saya ke dalam lubang vaginanya Mbak Ami.
Och.. Och.. Mbak Ami mendesah terus sebagai tanda Mbak Ami menikmati jari saya yang masuk ke lubang vaginanya. Setelah beberapa menit saya mengolah vaginanya, Mbak Ami melenguh panjang dengan mengangkat sedikit pinggulnya dan ke dua paha nya menjepit kepala saya kemudian dalam hitungan beberapa detik mulut serta muka saya sudah kebanjiran oleh cairan yang keluar dari vagina Mbak Ami.
"Ko.. Enak sekalii.. Och.. ", demikian Mbak Ami melenguh dan sayapun kemudian terus menjilati cairan yang ada disekitar vagina Mbak Ami.
"Enak Ko", tanya Mbak Ami.
"He.. Eh", jawab saya sambil melap muka dengan menggunakan baju daster Mbak Ami.
"Tapi penisku khok nggak diapa-apain sich sama Mbak", kata saya kepada Mbak Ami.
"Ich.. Protes.. Mau ya, tapi besok ajalah sekarang kita tidur dulu, aku capek dan sudah malam", sahut Mbak Ami.
"Lagian khan Bapak sama Ibumu besok belum pulang, jadi besok kita bisa terusin", lanjut Mbak Ami.
Selesai itu, sayapun tertidur karena rasa lelah yang sangat disamping Mbak Ami dan keesokan harinya kami melakukan beberapa kali lagi oral seks yang kami lakukan di kamar, kamar mandi sambil mandi bersama, dapur dan berbagai tempat di dalam rumah karena kami hanya berdua di rumah.
Setelah kedua orang tua saya kembali, kami sempat juga melakukan oral seks pada malam hari baik dikamar saya ataupun di kamarnya Mbak Ami dan baru berakhir ketika Mbak Ami harus masuk asrama karena test masuk akademi perawatnya diterima. Sampai dengan saat ini saya tidak mengetahui keberadaan Mbak Ami padahal saya ingin sekali bertemu dengannya untuk mengulang hal itu dan mungkin dapat berlanjut sampai kepada persetubuhan yang belum pernah kesampaian untuk menghapus rasa penasaran saya.
E N D
Mbak Ami, seorang wanita yang pada saat itu usianya sekitar 19 tahun, yang memperkenalkan saya bagaimana mengenal organ wanita berikut dengan cara pengolahannya sehingga mendapatkan kepuasan.
Pengalaman ini dimulai ketika Mbak Ami menginap untuk beberapa hari di rumah saya karena dia akan mengikuti ujian masuk pada sebuah Akademi Perawat di kota Yogya. Mbak Ami berasal dari kota Cilacap dan teman dari sepupu saya. Karena tidak ada saudara di Yogya maka oleh sepupu saya diminta untuk menginap di rumah.
Pada hari-hari pertama keberadaan Mbak Ami di rumah, saya merasa canggung untuk berinteraksi dengannya. Hanya sekali-sekali saya berbicara dengan Mbak Ami. Setelah beberapa hari, baru saya merasa mulai ada kedekatan karena saya sering ngobrol dengan Mbak Ami. Hubungan saya dengan Mbak Ami menjadi semakin dekat dimana diawali pada saat saya disuruh oleh orang tua untuk membeli makan malam dan saya mulai berani untuk mengajak Mbak Ami pergi bersama karena saya menganggap dia lebih tahu menu makanan untuk makan malam. Dengan menggunakan vespa butut, kami berboncengan dan sepanjang perjalanan kami bercerita berbagai hal. Selama perjalanan beberapa kali saya merasakan buah dada Mbak Ami menyentuh punggung saya dan saya yang pada saat itu masih berusia 16 tahun benar-benar menikmati sentuhan yang tidak sengaja itu.
Sampai pada suatu saat, kedua orang tua saya harus pergi keluar kota untuk beberapa hari dan meminta saya untuk menjaga rumah. Mbak Ami sendiri diminta oleh orang tua saya untuk menemani dan dikarenakan masih menunggu hasil test saringan masuk Akademi Perawat maka Mbak Ami menyetujui untuk menemani saya. Sehingga hanya berdua saja di rumah yaitu Mbak Ami dan saya.
Oh, iya saya belum mendeskripsikan sosok tubuh dari Mbak Ami.
Mbak Ami memiliki postur tubuh yang baik dimana tinggi 160 cm dengan berat badan kira-kira 50 kg. Rambut hitam lebat sebahu dengan hidung yang bangir serta matanya yang bagus (apalagi kalau sedang melirik.., seksi sekali). Mbak Ami selalu menggunakan celana jeans dengan ukuran 28 dan memakai Bra ukuran 34 C (itupun saya tahu setelah tanya dengan Mbak Ami).
Setelah makan malam, seperti biasa saya menonton acara televisi sedangkan Mbak Ami baru bergabung setelah selesai membereskan meja makan.
"Ko.. Acaranya bagus nggak?" tanya Mbak Ami.
"Lagi acara lagu-lagu" balas saya.
"Mau ikutan nonton ini atau mau cari acara yang lain?" saya bertanya balik kepada Mbak Ami.
"Sudah.. Biar ini aja" sahut Mbak Ami sambil duduk disamping saya.
Karena agak membungkukkan badannya, saya sempat mencuri pandang ke arah dada Mbak Ami yang pada saat itu memakai daster dengan belahan dada agak rendah. Kemudian kami menonton bersama sambil duduk berdampingan dan saya sekali-sekali mencoba untuk melihat ke bagian dada, siapa tahu saya bisa melihat lebih jelas isi bagian atasdari balik daster Mbak Ami.
Sambil menonton TV, kamipun bercerita dan dengan perasaan ragu, saya coba untuk menggenggam tangan Mbak Ami dan ternyata tidak ada penolakan bahkan Mbak Ami kemudian menyandarkan kepalanya ke bahu saya. Terus terang pada saat itu, saya merasa kaget karena apa yang saya terima ternyata jauh dari dugaan saya.
Dengan keyakinan penuh, saya tarik kepalanya dan saya mulai cium bibirnya. Mbak Ami membalas ciuman saya dan bibir kamipun saling mengecup, untuk beberapa menit berciuman dilanjutkan dengan saling bertautnya lidah kami. Sambil berciuman dan saling menggigit, tangan sayapun mencoba untuk menyusup ke balik dasternya.., meraba dan meremas-remas buah dadanya. Kemudian ciuman saya alihkan dari bibir turun ke dadanya dan ooh.. Putingnya sudah mengeras dan terus saya isap putingnya bergantian yang kiri dan kanan. Mbak Ami pun tidak mau ketinggalan, tangannya telah meraih penis saya yang sudah mengeras.. Dan mengusapnya dari luar.
"Ko.. Buka celananya, Mbak pingin pegang penis kamu", pinta Mbak Ami.
Dengan terpaksa, saya berhenti mengisap puting Mbak Ami dan berdiri untuk melepaskan celana. Begitu terlepas, Mbak Ami langsung menggengam dan mengocok penis saya..
"Ach.. Mbak enak sekali.. Terus Mbak" sambil tangan saya mulai meremas buah dadanya kembali.
"Ach.. Oh.." Saya terus melenguh, begitupun dengan Mbak Ami..
Aksi saling menggemam dan meremas berlangsung kira-kira 20 menitan dan saya mencoba untuk membuka celana dalam Mbak Ami.
"Mbak.. Saya buka ya.. " pinta saya. Mbak Ami hanya mengangguk dan sayapun menurunkan celana dalamnya, Mbak Ami membantu dengan mengangkat pinggulnya agar celana dalamnya mudah dilepaskan. Begitu terlepas, terlihatlah vagina dengan rambutnya yang tidak terlalu lebat.
Tangan sayapun langsung mengelus bagian luar vaginanya dan Mbak Ami pun melebarkan kedua pahanya sehingga tangan saya lebih leluasa mengusap-usap bagian luarnya.
"Ko.. Kamu jilatin yach", kata Mbak Ami sambil menarik turun kepalaku ke selangkangannya.
Saya bingung, "Mbak, saya belum pernah" kata saya.
"Sudah nggak apa-apa, enak khok.., coba dech", sahut Mbak Ami sabil merubah posisi badannya sehingga kami dalam posisi 69.
Saya pun menurut dan mulai menjilati.. Asin rasanya.. Tetapi saya menikmatinya dan terus menjilat, kadang-kadang menggigit ringan bibir vaginanya. Selain menjilati dan menggigit, lidah saya juga saya masukkan ke dalam lubang vaginanya.
"Ach.. Terus Ko.., terus.." begitu Mbak Ami mendesah..
Sayapun terus melakukan aktivitas itu dan Mbak Ami semakin semangat mengocok dan meremas penis saya. Karena hal ini baru bagi saya, maka setelah beberapa menit, penis saya mulai berkedut..,
"Mbak.. sudah mau keluar nich", kata saya dan Mbak Ami semakin kencang mengocoknya dan sayapun semakin cepat menjilati vagina Mbak Ami.. Dan.. "Ach.. Oh.. Mbak, mau keluar nich", saya mengerang nikmat dan tanpa menghentikan kocokannya, Mbak Ami langsung mengulum dan menyedot penis saya dan.. Keluarlah air mani saya, Mbak Ami juga sempat menelan sedikit (katanya). Kemudian Mbak Ami mengambil celana dalamnya dalam me-lap penis saya sampai habis sisa-sisa air mani saya.
Setelah kejadian malam itu, kamipun melakukannya sekali lagi di kamar Mbak Ami karena saya tidak bisa tidur dan selalau terbayang apa yang baru diajarkan oleh Mbak Ami.
"Mbak, saya nggak bisa tidur, inget terus yang tadi tuch", kata saya kepada Mbak Ami.
"Sini Ko.. Tidur sebelah Mbak aja, kata Mbak Ami sambil menggeser badannya agar saya bisa tidur di sebelah Mbak Ami.
Sayapun tiduran disampingnya dan langsung kami berciuman lagi. Seperti sudah paham apa yang kami mau, tangan saya dan Mbak Ami langsung menuju kesasaran utama dan dalam waktu singkat kami sudah sama-sama bugil.
"Mbak, saya ingin nyoba masukkin" kata saya.
"Saya masih perawan lho", jawab Mbak Ami sambil terus meremas dan mengocok penis saya.
Karena saya sudah benar-benar terangsang, saya terus mengusap dan mencoba untuk memasukkan penis saya ke vaginannya. Setelah beberapa kali saya mencoba untuk memasukkan penis saya ke lubang vagina Mbak Ami, ternyata sulit juga.
"Ich.. Susah banget, khok meleset terus" kata saya kepada Mbak Ami.
"Khan Mbak sudah bilang, kalau aku masih perawan", kata Mbak Ami
"Selama ini paling hanya jarinya pacar Mbak aja yang masuk kesitu, dia nggak mau kalau penisnya dimasukin" kata Mbak Ami lagi.
Karena penasaran dan sayapun belum pernah melakukan hal itu, maka saya coba lagi untuk memasukkan penis saya ke lubang vagina Mbak Ami. Pada akhirnya, kepala penis saya berhasil masuk tetapi kemudian sambil meringis Mbak Ami kemudian bilang,
"Ko.. Sakit sekali".
"Kamu yakin mau masukin penisnya" kata Mbak Ami lagi..
"Ntar kalau keluar maninya di dalam gimana?" lanjut Mbak Ami melemparkan pertanyaan kepada saya.
Jadi dengan terpaksa saya hentikan sementara aktivias sedang saya lakukan dengan posisi kepala penis saya yang sudah masuk. Kemudian saya jadi berpikir lagi dan karena memang belum berpengalaman dalam hal ini hati saya jadi ciut juga. Saya berpikir jangan-jangan malah nanti Mbak Ami jadi hamil.
Akhirnya saya tarik lagi penis saya dan..
"Dijilatin aja yach.., nggak usah dimasukin.. " kata Mbak Ami lagi,
Akhirnya saya hanya menjilati sambil memasukkan jari saya ke dalam lubang vaginanya Mbak Ami.
Och.. Och.. Mbak Ami mendesah terus sebagai tanda Mbak Ami menikmati jari saya yang masuk ke lubang vaginanya. Setelah beberapa menit saya mengolah vaginanya, Mbak Ami melenguh panjang dengan mengangkat sedikit pinggulnya dan ke dua paha nya menjepit kepala saya kemudian dalam hitungan beberapa detik mulut serta muka saya sudah kebanjiran oleh cairan yang keluar dari vagina Mbak Ami.
"Ko.. Enak sekalii.. Och.. ", demikian Mbak Ami melenguh dan sayapun kemudian terus menjilati cairan yang ada disekitar vagina Mbak Ami.
"Enak Ko", tanya Mbak Ami.
"He.. Eh", jawab saya sambil melap muka dengan menggunakan baju daster Mbak Ami.
"Tapi penisku khok nggak diapa-apain sich sama Mbak", kata saya kepada Mbak Ami.
"Ich.. Protes.. Mau ya, tapi besok ajalah sekarang kita tidur dulu, aku capek dan sudah malam", sahut Mbak Ami.
"Lagian khan Bapak sama Ibumu besok belum pulang, jadi besok kita bisa terusin", lanjut Mbak Ami.
Selesai itu, sayapun tertidur karena rasa lelah yang sangat disamping Mbak Ami dan keesokan harinya kami melakukan beberapa kali lagi oral seks yang kami lakukan di kamar, kamar mandi sambil mandi bersama, dapur dan berbagai tempat di dalam rumah karena kami hanya berdua di rumah.
Setelah kedua orang tua saya kembali, kami sempat juga melakukan oral seks pada malam hari baik dikamar saya ataupun di kamarnya Mbak Ami dan baru berakhir ketika Mbak Ami harus masuk asrama karena test masuk akademi perawatnya diterima. Sampai dengan saat ini saya tidak mengetahui keberadaan Mbak Ami padahal saya ingin sekali bertemu dengannya untuk mengulang hal itu dan mungkin dapat berlanjut sampai kepada persetubuhan yang belum pernah kesampaian untuk menghapus rasa penasaran saya.
E N D
Tag :
Cerita sex,
Oral